Minggu, 17 November 2013

SEKOLAH PARA BINATANG


Syahdan di tengah-tengah hutan belantara Sumatera berdirilah sebuah sekolah untuk para binatang dengan status “disamakan dengan manusia”, sekolah ini dikepalai oleh seorang manusia.

Karena sekolah tersebut berstatus “disamakan”, maka tentu saja kurikulumnya juga harus mengikuti kurikulum yang sudah standar dan telah ditetapkan untuk manusia.

Kurikulum tersebut mewajibkan bahwa untuk bisa lulus dan mendapatkan ijazah ; setiap siswa harus berhasil pada lima mata pelajaran pokok dengan nilai minimal 8 pada masing-masing mata pelajaran.

Adapun kelima mata pelajaran pokok tersebut adalah; Terbang, Berenang, Memanjat, Berlari dan Menyelam

Mengingat bahwa sekolah ini berstatus “Disamakan dengan manusia”, maka para binatang berharap kelak mereka dapat hidup lebih baik dari binatang lainya, sehingga berbondong-bondonglah berbagai jenis binatang mendaftarkan diri untuk bersekolah disana; mulai dari; Elang, Tupai, Bebek, Rusa dan Katak

Proses belajar mengajarpun akhirnya dimulai, terlihat bahwa beberapa jenis binatang sangat unggul dalam mata pelajaran tertentu;

Elang sangat unggul dalam pelajaran terbang; dia memiliki kemampuan yang berada diatas binatang-binatang lainnya dalam hal melayang di udara, menukik, meliuk-liuk, menyambar hingga bertengger didahan sebuah pohon yang tertinggi.

Tupai sangat unggul dalam pelajaran memanjat; dia sangat pandai, lincah dan cekatan sekali dalam memanjat pohon, berpindah dari satu dahan ke dahan lainnya. Hingga mencapai puncak tertinggi pohon yang ada di hutan itu.

Sementara bebek terlihat sangat unggul dan piawai dalam pelajaran berenang, dengan gayanya yang khas ia berhasil menyebrangi dan mengitari kolam yang ada didalam hutan tersebut.

Rusa adalah murid yang luar biasa dalam pelajaran berlari; kecepatan larinya tak tertandingi oleh binatang lain yang bersekolah di sana. Larinya tidak hanya cepat melainkan sangat indah untuk dilihat.

Lain lagi dengan Katak, ia sangat unggul dalam pelajaran menyelam; dengan gaya berenangnya yang khas, katak dengan cepatnya masuk kedalam air dan kembali muncul diseberang kolam.

Begitulah pada mulanya mereka adalah murid-murid yang sangat unggul dan luar biasa dimata pelajaran tertentu. Namun ternyata kurikulum telah mewajibkan bahwa mereka harus meraih angka minimal 8 di semua mata pelajaran untuk bisa lulus dan mengantongi ijazah.

Inilah awal dari semua kekacauan.itu; Para binatang satu demi satu mulai mempelajari mata pelajaran lain yang tidak dikuasai dan bahkan tidak disukainya.

Burung elang mulai belajar cara memanjat, berlari, namun sayang sekali untuk pelajaran berenang dan menyelam meskipun telah berkali-kali dicobanya tetap saja ia gagal; dan bahkan suatu hari burung elang pernah pingsan kehabisan nafas saat pelajaran menyelam.

Tupaipun demikian; ia berkali-kali jatuh dari dahan yang tinggi saat ia mencoba terbang. Alhasil bukannya bisa terbang tapi tubuhnya malah penuh dengan luka dan memar disana-sini.

Lain lagi dengan bebek, ia masih bisa mengikuti pelajaran berlari meskipun sering ditertawakan karena lucunya, dan sedikit bisa terbang; tapi ia kelihatan hampir putus asa pada saat mengikuti pelajaran memanjat, berkali-kali dicobanya dan berkali-kali juga dia terjatuh, luka memar disana sini dan bulu-bulunya mulai rontok satu demi satu.

Demikian juga dengan binatang lainya; meskipun semua telah berusaha dengan susah payah untuk mempelajari mata pelajaran yang tidak dikuasainya, dari pagi hingga malam, namun tidak juga menampakkan hasil yang lebih baik.

Yang lebih menyedihkan adalah karena mereka terfokus untuk dapat berhasil di mata pelajaran yang tidak dikuasainya;

perlahan-lahan Elang mulai kehilangan kemampuan terbangnya; tupai sudah mulai lupa cara memanjat, bebek sudah tidak dapat lagi berenang dengan baik, sebelah kakinya patah dan sirip kakinya robek-robek karena terlalu banyak berlatih memanjat. Katak juga tidak kuat lagi menyelam karena sering jatuh pada saat mencoba terbang dari satu dahan ke dahan lainnya.

Dan yang paling malang adalah Rusa, ia sudah tidak lagi dapat berlari kencang, karena paru-parunya sering kemasukan air saat mengikuti pelajaran menyelam.

Akhirnya tak satupun murid berhasil lulus dari sekolah itu; dan yang sangat menyedihkan adalah merekapun mulai kehilangan kemampuan aslinya setelah keluar dari sekolah.

Mereka tidak bisa lagi hidup dilingkungan dimana mereka dulu tinggal, ya.... kemampuan alami mereka telah terpangkas habis oleh kurikulum sekolah tersebut. Sehingga satu demi satu binatang-binatang itu mulai mati kelaparan karena tidak bisa lagi mencari makan dengan kemampuan unggul yang dimilikinya..

Tidakkah kita menyadari bahwa sistem persekolahan manusia yang ada saat inipun tidak jauh berbeda dengan sistem persekolahan binatang dalam kisah ini. Kurikulum sekolah telah memaksa anak-anak kita untuk menguasai semua mata pelajaran dan melupakan kemampuan unggul mereka masing-masing.

Kurikulum dan sistem persekolahan telah memangkas kemampuan alami anak-anak kita untuk bisa berhasil dalam kehidupan menjadi anak yang hanya bisa menjawab soal-soal ujian.

Akankah nasib anak-anak kita kelak juga mirip dengan nasib para binatang yang ada disekolah tersebut?

By Thomas Amstrong 1990
Modify by Ayah Edy 2003

Keluarga Indonesia yg peduli pendidikan anak bangsa,

Bila kita kaji lebih jauh produk dari sistem pendidikan kita saat ini bahkan jauh lebih menyeramkan dari apa yang digambarkan oleh fabel tersebut; bayangkan betapa para lulusan dari sekolah saat ini lebih banyak hanya menjadi pencari kerja dari pada pencipta lapangan kerja, betapa banyak para lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang digelutinya selama bertahun-tahun, sebuah pemborosan waktu, tenaga dan biaya.

Betapa para lulusan sekolah tidak tahu akan dunia kerja yang akan dimasukinya, jangankan kemapuan keahlian, bahkan pengetahuan saja sangatlah pas-pasan, betapa hampir setiap siswa lanjutan atas dan perguruan tinggi jika ditanya apa kemampuan unggul mereka, hampir sebagian besar tidak mampu menjawab atau menjelaskannya.

Begitupun setelah mereka berhasil mendapatkan pekerjaan, berapa banyak dari mereka yang tidak memberikan unjuk kerja yang terbaik serta berapa banyak dari mereka yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaanya.

Belum lagi kita bicara tentang carut marut dunia pendidikan yang kerapkali dihiasi tidak hanya oleh tawuran pelajar melainkan juga tawuran mahasiswa. Luar biasa “Maha Siswa” julukan yang semestinya dapat dibanggakan dan begitu agung karena Mahasiswa adalah bukan siswa biasa melainkan siswa yang “Maha”. Namun nyatanya ya Tawuran juga.

Apa yang menjadi biang keladi dari kehancuran sistem pendidikan di negeri ini...?

1. Sistem yang tidak menghargai proses
Belajar adalah proses dari tidak bisa menjadi bisa. Hasil akhir adalah buah dari kerja setiap proses yang dilalui. Sayangnya proses ini sama sekali tidak dihargai; siswa tidak pernah dinilai seberapa keras dia berusaha melalui proses. Melainkan hanya semata-mata ditentukan oleh ujian akhir.

2. Sistem yang hanya mengajari anak untuk menhafal bukan belajar dalam arti sesunguhnya

Apa beda belajar dengan menghafal; Produk dari sebuah pembelajaran kemampuan atau keahlian yang dikuasai terus menerus. Contoh yang paling sederhana adalah pada saat anak belajar sepeda. Mulai dari tidak bisa menjadi bisa, dan setelah bisa ia akan bisa terus sepanjang masa. Sementara produk dari menghafal adalah ingatan jangka pendek yang dalam waktu singkat akan cepat dilupakan.

Perbedaan lain bahwa belajar membutuhkan waktu lebih panjang sementara menghafal bisa dilakukan hanya dalam 1 malam saja.

Padahal pada hakekatnya Manusia dianugrahi susunan otak yang paling tinggi derajadnya dibanding mahluk manapun didunia.

Fungsi tertinggi dari otak manusia tersebut disebut sebagai cara berpikir tingkat tinggi atau HOT; yang direpresentasikan melalui kemampuan kreatif atau bebas mencipta serta berpikir analisis-logis; sementara fungsi menghafal hanyalah fungsi pelengkap.

Keberhasilan seorang anak kelak bukan ditentukan oleh kemampuan hafalannya melainkan oleh kemampuan kreatif dan berpikir kritis analisis.

3. Sistem sekolah yang berfokus pada nilai
Nilai yang biasanya diwakili oleh angka-angka biasanya dianggap sebagai penentu hidup dan matinya seorang siswa.

Begitu sakral dan gentingnya arti sebuah nilai pelajaran sehingga semua pihak mulai guru, orang tua dan anak akan merasa rasah dan stress jika melihat siswanya mendapat nilai rendah atau pada umumnya dibawah angka 6 (enam).

Setiap orang dikondisikan untuk berlomba-lomba mencapai nilai yang tinggi dengan cara apapun tak perduli apakah si siswa terlihat setangah sekarat untuk mencapainya.

Nyatanya toh dalam kehidupan nyata, nilai pelajaran yang begitu dianggung-anggungkan oleh sekolah tersebut tidak berperan banyak dalam menentukan sukses hidup seseorang.

Dan lucunya sebagian besar kita dapati anak yang dulu saat masih bersekolah memiliki nilai pas-pasan atau bahkan hancur, justru lebih banyak meraih sukses dikehidupan nyata.

Mari kita ingat-ingat kembali saat kita masih bersekolah dulu; betapa bangganya seseorang yang mendapat nilai tinggi dan betapa hinanya anak yang medapat nilai rendah; dan bahkan untuk mempertegas kehinaan ini, biasanya guru menggunakan tinta dengan warna yang lebih menyala dan mencolok mata.

Sementara jika kita kaji lagi; apakah sesungguhnya representasi dari sebuah nilai yang diagung-agungkan disekolah itu...?

Nilai sesungguhnya hanyalah representasi dari kemampuan siswa dalam “menghapal” pelajaran dan “subjektifitas” guru yang memberi nilai tersebut terhadap siswanya.

Meskipun kerapkali guru menyangkalnya, cobalah anda ingat-ingat; berapa lama anda belajar untuk mendapatkan nilai tersebut; apakah 3 bulan...? 1 bulan..? atau cukup hanya semalam saja..?

Kemudian coba ingat-ingat kembali, jika dulu saat bersekolah, ada diantara anda yang pernah bermasalah dengan salah seorang guru; apakah ini akan mempengaruhi nilai yang akan anda peroleh..?

Jadi wajar saja; meskipun kita banyak memiliki orang “pintar” dengan nilai yang sangat tinggi; negeri ini masih tetap saja tertinggal jauh dari negara-negara maju. Karena pintarnya hanya pintar menghafal dan menjawab soal-soal ujian.

4. Sistem pendidikan yang Seragam-sama untuk setiap anak yang berbeda-beda
Siapapun sadar bahwa bila kita memiliki lebih dari 1 atau 2 orang anak; maka bisa dipastikan setiap anak akan berbeda-beda dalam berbagai hal.

Andalah yang paling tahu perbedaan-perbedaanya. Namun sayangnya anak yang berbeda tersebut bila masuk kedalam sekolah akan diperlakukan secara sama, diproses secara sama dan diuji secara sama.

Menurut hasil penelitian Ilmu Otak/Neoro Science jelas-jelas ditemukan bahwa satiap anak memiliki kelebihan dan sekaligus kelemahan dalam bidang yang berbeda-beda.

Mulai dari Instingtif otak kiri dan kanan, Gaya Belajar dan Kecerdasan Beragam. Sementara sistem pendidikan seolah-oleh menutup mata terhadap perbedaan yang jelas dan nyata tersebut yakni dengan mengyelenggaraan sistem pendidikan yang sama dan seragam.

Oleh karena dalam setiap akhir pembelajaran akan selalu ada anak-anak yang tidak bisa/berhasil menyesuaikan dengan sistem pendidikan yang seragam tersebut.

5. Sekolah adalah Institusi Pendidikan yang tidak pernah mendidik
Sekilas judul ini tampaknya membingungkan; tapi sesungguhnya inilah yang terjadi pada lembaga pendidikan kita.

Apa beda mendidik dengan mengajar...?

Ya.. tepat!, mendidik adalah proses membangun moral/prilaku atau karakter anak sementara mengajar adalah mengajari anak dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak bisa menjadi bisa.

Produk dari pengajaran adalah terbangunnya cara berpikir kritis dan kreatif yang berhubungan dengan intelektual sementara produk dari pendidikan adalah terbangunnya prilaku/akhlak yang baik.

Ya..! memang betul dalam kurikulum ada mata pelajaran Agama, Moral Panca Sila, Civic dan sebagainya namun dalam aplikasinya disekolah guru hanya memberikan sebatas hafalan saja; bukan aplikasi dilapangan.

Demikian juga ujiannya dibuat berbasiskan hafalan; seperti hafalan butir-butir Panca Sila dsb. Tidak berdasarkan aplikasi siswa dilapangan seperti praktek di panti-panti jompo; terjun menjadi tenaga sosial, dengan sistem penilaian yang berbasiskan aplikasi dan penilaian masyarakat (user base evaluation).

Jadi wajar saja jika anak-anak kita tidak pernah memiliki nilai moral yang tertanam kuat di dalam dirinya; melainkan hanya nilai moral yang melintas semalam saja dikepalanya dalam rangka untuk dapat menjawab soal-soal ujian besok paginya.

Mari kita renungkan bersama !

by ayah edy

Senin, 30 September 2013

Masa - masa SMA

SMA Negri satu Sekolahku..
Cita luhur suci darma baktimu..
dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa ...
Turut iklas menngabdi Ibu Pertiwi..

Lagu diatas merupakan Hymne SMA 1 Ygyakarta, ya..sempat 3 tahun aku mengenyam pendidikan di sana..(cukup sih ga lama ga bentar) sekarang ada yang SMA cuman 2 tahun..hadeeh ga ada kenangannya kali ya klo 2 tahun, pasti tiap hari belajar mulu..

Tiga tahun di SMA 1 pasti penuh dengan lika -liku perjuangan yang berat, dari masukknya aja sudah di hadang sama GVT yang pasti menyisakan banyak suka - duka bagi teman - teman seangkatan bahkan semua angkatan malah.

Ya ..GVT di SMA 1 bukan sembarang orientasi pengenalan sekolah, lebih dari itu. Acara baris - berbarisnya saja sampai seminggu, belum hukuman - hukuman setiap hari. Semua itu hanya untuk menjaring anggota TONTI angkatan baru. Entah bersyukur apa terpaksa, aku pun terpilih menjadi salah satu anggota TONTI angkatanku. Di TONTI menggemblengan terus dilakukan dari CROSS COUNTRY sampai KPIT. Berat memang saat itu, selain memang secara akademik sudah bersaing ketat, apalagi di tambah ekstra TONTI yang sampai petang kalau latihan.








Sekarang sudah hampir 15 tahun yang lalu masa - masa itu..meski begitu dengan kemajuan teknologi kami masih tetap terhubung lewat BBM dan Facebook..terimakasih teknologi karenamu kami masih bisa bersilaturahmi sampai saat ini...

Selasa, 24 September 2013

Sesepuh masjid itu telah pergi

Baru saja kemarin saya tuliskan bagaimana dulu anak - anak di masjid kampung saya mengaji dimasjid dengan suka cita karena ada sesepuh seperti Mbah Hadi Purwanto ini, beliau memang orang yang sabar dalam mengajari anak -anak mengaji. Beliau juga sering azan di waktu subuh, memanggil jamaah untuk datang  ke masjid. Suara khas nya mengalun di penjuru kampung, mengajak siapa yang mau sholat subuh di masjid. Beliau juga yang menjadi motivator bagi sebagian orang -orang tua di kampung saya untuk sholat subuh dimasjid. Setiap jumát pagi selalu diisi dengan kultum ba'da subuh oleh beliau.

Namun, sekarang beliau sudah pergi kembali kepada Rabb sang pencipta. Saya dapat kabar ini dari facebook teman sekampung saya dulu. Berikut beberapa tulisan mereka yang sekaligus sebagi testimoni betapa dekatnya beliau dengan jamaah:

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, sesungguhnya semua hanya milik Alloh dan sesungguhnya semua kembali kepada Alloh. Telah berpulang kerahmatullah "BAPAK HAJI MUHAMMAD SYLIR"guru dan imam kita warga Sragan Banaran. Semoga Alloh mengampuni semua dosa almarhum, memamafkan semua kesalahan almarhum...aamiin," (by Toto Rosso)

"Selamat jalan Mbah Hadi.. semoga kedepan muncul sosok Mbah Hadi 2 yang lain...sosok yang dapat menjadi panutan..suri tauladan yang selalu membimbing dan mengabdikan dirinya untuk umat muslim khususnya di Sragan Banaran dan Minggir pada umumnya..jasa - jasamu akan kami kenang sepanjang masa..semoga Alloh mengampuni dosa dan menerima amal ibadahnya..amiin.(by Adi Alfino)

Begitulah Mbah Hadi/ Silir ini begitu dekat dengan jamaah di masjid kami, di tanah keluarga beliau jugalah masjid yang selama ini kami pakai berdiri. Terakhir saya ketemu beliau saat pulang kampung lebaran kemarin, meski sudah ringkih beliau tetap sholat berjamaah di Masjid. Selamat Jalan Mbah Hadi, semoga Alloh lapangkan kuburmu dan di beri tempat terbaik di sisi-NYa..







Minggu, 22 September 2013

Mengapa masjid sekarang sepi dari remaja?

Dulu,..

Setiap menjelang azan magrib, anak -anak akan berebut ke masjid, saling mendahului untuk mengumandangkan azan. Setelah sholat magrib mereka  akan mengaji / semaan qurán baru kemudian pada main kejar- kejaran di halaman masjid. Riuh, itulah dunia anak -anak, meski di masjid. Tak ada bentakan untuk mereka, sesepuh masjid paling hanya menegur agar lebih rendah suaranya supaya tidak mengganggu yang masih mengaji. Sesekali ada sesepuh yang akan bercerita dikelilingi oleh anak - anak, mereka akan mendengarkan dengan seksama cerita tersebut. Itulah keakraban para sesepuh masjid dan anak -anak dimasa lalu.

Sekarang, ...
Sedikit sekali anak -anak atau bahkan remajapun yang tertarik untuk pergi sholat jamaah di masjid. Banyak kendala yang menjadi alasan mereka, salah satunya katanya klo anak-anak rame di masjid suka di marahi, jadi mereka pada males ke masjid..klo remajanya? karena dari anak-anak sudah males saat remajanya lebih males lagi...

Jadi, bagaimana kita sebagai orang tua menyikapinya?
 


Menembus Belantara Kawah Ratu


Kamis 16 Mei 2013, berkumpul di Islamic center bekasi, kami merencanakan untuk melakukan perjalanan menembus belantara hutan dan pegunungan di kawasan Gunung Bunder, Bogor . Berbekal peralatan jelajah alam seperti tenda, sleeping bag, matras dan ponco mereka mengawali perjalanan dengan upacara pelepasan tepat jam 21.00 wib waktu bekasi. Rombongan kami kemudian menaiki bis yang akan mengantar ke kawasan gunung bunder. Menjelang tengah malam kami sampai di pintu masuk area wisata gunung bunder. Dan perjalan pun dimulai dari sini....

Dengan langkah gontai karena mengantuk kami pun turun dari bis dengan mengangkat semua perbekalan untuk segera memasuki area hutan wisata Gunung Bunder. Hampir 1 jam berjalan, dengan ditemani gerimis akhirnya kami sampai di bumi perkemahan dekat dengan Curug Ngumpet. Dan kamipun segera mendirikan tenda dan beristirahat menunggu waktu subuh.

Pagi itu, jum'at 17 Mei 2013, hujan turun dengan derasnya, tanah sekitar tenda pun menjadi becek, terpaksa tenda harus direlokasi.Sambil mendirikan tenda kembali sebagian dari kami memasak air panas dan membuat sarapan pop mie. Banyak yang jualan nasi sebenarnya di tempat itu, akan tetapi demi mengurangi bekal yang nantinya pasti akan merepotkan saat jelajah alam maka diputuskan untuk memakan bekal yang dibawa duluan. 

 
Menikmati Sarapan Pagi
Menjelang siang kegiatan disi dengan pengenalan medan dan materi survival. Hmmm, ternyata banyak yang bisa kita manfaatkan di alam ini. Dari berjenis - jenis tumbuhan sampai binatang yang bisa kita santap apabila ingin survive di alam bebas. Salah satu tanaman yang dapat kita makan adalah pakis haji, dan salah satu binatang yang yang bisa dimakan adalah ular. Eit, tapi tidak sembarang ular lho yang boleh dimakan, tentunya ular yang tidak berbisalah yang aman untuk dikonsumsi.


Materi survival
Sholat jum'at di tempat terbuka sungguh memberikan sensasi yang luar biasa, hutan belantara seakan membuat doa kita lebih dekat dengan Sang Pencipta. Daun - daun dan burung -burung seakan ikut bertasbih menyebut namaNya. Dengan masih ditemani rintik - rintik hujan, berlalulah hari itu dengan serangkaian kegiatan untuk menjalin keakraban di antara para peserta.

Hari Sabtupun menjelang, dengan bergegas semua anggota rombongan mempersiapkan diri utuk melakukan jelajah alam, dan semua bekal harus dibawa kecuali tenda. Dan perjalananpun dimulai dari pos pendakian kawah ratu. Dengan bersemangat kamipun berbaris membentuk barisan panjang dan berjalan beriringan. Mungkin karena jarang olah raga ada beberapa anggota rombongan yang sudah kelelahan meskipun baru sebentar melakukan perjalanan, sehingga sering kali beberapa orang berhenti untuk beristirahat. Rombongan pun akhirnya terpencar - pencar.

 
Mulai jelajah belantara
Menjelang dhuhur rombongan sudah mencapai kawah ratu, ada yang beristirahat ada yang foto - foto, ada pula yang sholat dhuhur dan ashar di jamak qoshor. Selesai beraktifitas dipuncak kawah ratu, satu persatu kami meninggalkan tempat itu menuju pos yang akan digunakan buat ngecamp malamnya. Hujan yang mulai turun tak menyurutkan langkah kami untuk kembali berjalan dan menyusuri jalan setapak yang mulai licin dan becek. Banyaknya rawa- rawa tak ayal membuat sepatu basah dan terlumpuri tanah basah. Ada beberapa yang sempat terjatuh karena jalan licin dan mudah longsor. Karena jalanan menurun tajam, maka harus berhati - hati sekali dalam menuruninya. Hujan semakin lebat dan jarak antar rombongan pun semakin jauh ada yang sempat kehilangan rombongannya saat sampai di tempat ngecamp sehingga harus mencari - cari anggotanya. Karena hujan sangat deras, tempat yang kan digunakan untuk ngecamp pun sempat kebanjiran sehingga sangat susah untuk menemukan tempat yang kering untuk mendirikan terpal ( tenda tidak boleh di bawa).

 
salah satau halangan di tengah jalan

kawah ratu

foto-foto dulu ah..

meninggalkan kawah ratu

Dengan kondisi seadanya kamipun akhirnya bermalam ditempat tersebut, alhamdulillah banjirnya mulai surut dan kering pada malam harinya. Karena hampir semua pakaian yang dibawa basah ada sebagian yang bertahan dengan pakain basah melekat di tubuhnya ( ah..pasti sangat menyiksa). Malam itu mereka habiskan untuk sekedar bercengkrama, baca alma'surat dan memakan bekal yang masih tersisa.
 
 
bermalam di tempat seadanya

kejutan di pagi hari, ternyata samping camp adalah sungai yang indah..berrr

Pagi  menjelang, kamipun bergegas untuk packing dan kembali ke bumi perkemahan untuk kemudian kembali ke kota Bekasi.

Selasa, 10 September 2013

pagi kaki langit....

Pagi, kenapa aku begitu menyukainya ?

pagi di kampung halaman..jogja tercinta..
Pagi adalah ketika aku terbangun dengan segala gairah hidup.
Pagi adalah ketika kaki langit membariskan rona jingga dicakrawala timur.
Pagi adalah ketika sejuknya udara menerobos paru-paru dan memenuhinya dengan kesegaran.
Pagi adalah ketika kokok ayam jantan bertasbih mengangungkan asma-NYa.

Pagi adalah ketika langkah - langkah kecil anak bersekolah menyongsong mimpi.
Pagi adalah ketika langkah - langkah petani bersemangat menjemput rizki.
Pagi adalah....ah...terlalu banyak yang bisa kita perbuat di waktu indah ini...

Lalu bagaimana para salafus shaleh menyambut pagi?  bagi mereka...
1.Waktu Pagi adalah Waktu yang Penuh Berkah
Waktu yang berkah adalah waktu yang penuh kebaikan. Waktu pagi telah dido’akan khusus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai waktu yang berkah.
Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا

“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
Apabila Nabi shallallahu mengirim peleton pasukan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimnya pada pagi hari. Sahabat Shokhr sendiri (yang meriwayatkan hadits ini, pen) adalah seorang pedagang. Dia biasa membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia menjadi kaya dan banyak harta. Abu Daud mengatakan bahwa dia adalah Shokhr bin Wada’ah. (HR. Abu Daud no. 2606. Hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud)

Ibnu Baththol mengatakan, “Hadits ini tidak menunjukkan bahwa selain waktu pagi adalah waktu yang tidak diberkahi. Sesuatu yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada waktu tertentu) adalah waktu yang berkah dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik uswah (suri teladan) bagi umatnya. Adapun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan waktu pagi dengan mendo’akan keberkahan pada waktu tersebut daripada waktu-waktu yang lainnya karena pada waktu pagi tersebut adalah waktu yang biasa digunakan manusia untuk memulai amal (aktivitas). Waktu tersebut adalah waktu bersemangat (fit) untuk beraktivitas. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan do’a pada waktu tersebut agar seluruh umatnya mendapatkan berkah di dalamnya.” (Syarhul Bukhari Libni Baththol, 9/163, Maktabah Syamilah)

2. Waktu Pagi adalah Waktu Semangat Untuk Beramal
Dalam Shohih Bukhari terdapat suatu riwayat dari sahabat Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ

“Sesungguhnya agama itu mudah. Tidak ada seorangpun yang membebani dirinya di luar kemampuannya kecuali dia akan dikalahkan. Hendaklah kalian melakukan amal dengan sempurna (tanpa berlebihan dan menganggap remeh). Jika tidak mampu berbuat yang sempurna (ideal) maka lakukanlah yang mendekatinya. Perhatikanlah ada pahala di balik amal yang selalu kontinu. Lakukanlah ibadah (secara kontinu) di waktu pagi dan waktu setelah matahari tergelincir serta beberapa waktu di akhir malam.” (HR. Bukhari no. 39. Lihat penjelasan hadits ini di Fathul Bari)
Yang dimaksud ‘al ghodwah’ dalam hadits ini adalah perjalanan di awal siang. Al Jauhari mengatakan bahwa yang dimaksud ‘al ghodwah’ adalah waktu antara shalat fajar hingga terbitnya matahari. (Lihat Fathul Bari 1/62, Maktabah Syamilah)
Inilah tiga waktu yang dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari sebagai waktu semangat (fit) untuk beramal.
Syaikh Abdurrahmanbin bin Nashir As Sa’di mengatakan bahwa inilah tiga waktu utama untuk melakukan safar (perjalanan) yaitu perjalanan fisik baik jauh ataupun dekat. Juga untuk melakukan perjalanan ukhrowi (untuk melakukan amalan akhirat). (Lihat Bahjah Qulubil Abror, hal. 67, Maktbah ‘Abdul Mushowir Muhammad Abdullah)

dan inilah kebiasaaan para orang sholeh tersebut...


[1] Kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

An Nawawi dalam Shohih Muslim membawakan bab dengan judul ‘Keutamaan tidak beranjak dari tempat shalat setelah shalat shubuh dan keutamaan masjid’. Dalam bab tersebut terdapat suatu riwayat dari seorang tabi’in –Simak bin Harb-. Beliau rahimahullah mengatakan bahwa dia bertanya kepada Jabir bin Samuroh,
أَكُنْتَ تُجَالِسُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-

“Apakah engkau sering menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk?”
Jabir menjawab,
نَعَمْ كَثِيرًا كَانَ لاَ يَقُومُ مِنْ مُصَلاَّهُ الَّذِى يُصَلِّى فِيهِ الصُّبْحَ أَوِ الْغَدَاةَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَإِذَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ قَامَ وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ فَيَأْخُذُونَ فِى أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ.

“Iya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya tidak beranjak dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari terbit, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri (meninggalkan tempat shalat). Dulu para sahabat biasa berbincang-bincang (guyon) mengenai perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya tersenyum saja.” (HR. Muslim no. 670)
An Nawawi mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat anjuran berdzikir setelah shubuh dan mengontinukan duduk di tempat shalat jika tidak memiliki udzur (halangan).
Al Qadhi mengatakan bahwa inilah sunnah yang biasa dilakukan oleh salaf dan para ulama. Mereka biasa memanfaatkan waktu tersebut untuk berdzikir dan berdo’a hingga terbit matahari.” (Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/29, Maktabah Syamilah)


[2] Kebiasaan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu

Dari Abu Wa’il, dia berkata, “Pada suatu pagi kami mendatangi Abdullah bin Mas’ud selepas kami melaksanakan shalat shubuh. Kemudian kami mengucapkan salam di depan pintu. Lalu kami diizinkan untuk masuk. Akan tetapi kami berhenti sejenak di depan pintu. Lalu keluarlah budaknya sembari berkata, “Mari silakan masuk.” Kemudian kami masuk sedangkan Ibnu Mas’ud sedang duduk sambil berdzikir.
Ibnu Mas’ud lantas berkata, “Apa yang menghalangi kalian padahal aku telah mengizinkan kalian untuk masuk?”
Lalu kami menjawab, “Tidak, kami mengira bahwa sebagian anggota keluargamu sedang tidur.”
Ibnu Mas’ud lantas bekata, “Apakah kalian mengira bahwa keluargaku telah lalai?”
Kemudian Ibnu Mas’ud kembali berdzikir hingga dia mengira bahwa matahari telah terbit. Lantas beliau memanggil budaknya, “Wahai budakku, lihatlah apakah matahari telah terbit.” Si budak tadi kemudian melihat ke luar. Jika matahari belum terbit, beliau kembali melanjutkan dzikirnya. Hingga beliau mengira lagi bahwa matahari telah terbit, beliau kembali memanggil budaknya sembari berkata, “Lihatlah apakah matahari telah terbit.” Kemudian budak tadi melihat ke luar. Jika matahari telah terbit, beliau mengatakan,
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَقَالَنَا يَوْمَنَا هَذَا

“Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami berdzikir pada pagi hari ini.” (HR. Muslim no. 822)


[3] Keadaan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di Pagi Hari

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah orang yang gemar beribadah dan bukanlah orang yang kelihatan bengis sebagaimana anggapan sebagian orang. Kita dapat melihat aktivitas beliau di pagi hari sebagaimana dikisahkan oleh muridnya –Ibnu Qayyim Al Jauziyah.-
Ketika menjelaskan faedah dzikir bahwa dzikir dapat menguatkan hati dan ruh, Ibnul Qayim mengatakan, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah suatu saat shalat shubuh. Kemudian (setelah shalat shubuh) beliau duduk sambil berdzikir kepada Allah Ta’ala hingga pertengahan siang. Kemudian berpaling padaku dan berkata, ‘Ini adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini, hilanglah kekuatanku’ –atau perkataan beliau yang semisal ini-.” (Al Wabilush Shoyib min Kalamith Thoyib, hal.63, Maktabah Syamilah)

dulu, sekarang dan kemudian...

Mengapa aku mengambil tagline ini sebagai tagline blog ?

Banyak hal yang sudah terjadi dalam hidup ini sejak aku terlahir hingga hari ini, dan banyak pula hal yang akan aku rencanakan untuk masa depanku dalam kehidupan ini.

Semua terangkai dari jalinan-jalinan peristiwa yang pasti akan menjadi cerita panjang dalam hidupku.

menuju kampung halaman
Kelak, kisah ini, cerita ini, semoga akan berarti bagi anak keturunanku..........


Sekolahku dulu..